Mimisan bukan penyakit
Perdarahan hidung bukanlah suatu penyakit tapi merupakan indikasi adanya suatu gangguan. Kasus yang dialami Anwar tadi termasuk ringandan sumbernya dari bagian anterior atau dari bagian depan rongga hidung saja. Pasalnya di bagian itulah banyak pembuluh darah bertemu. Pada umumnya ini terjadi pada anak yang sering mengalami pilek dan pembuluh darahnya tipis.
Mimisan juga sering terjadi bila anak
menghadapi perubahan cuaca, teriritasi gas yang merangsang, dll.
Misalnya dari tempat yang panas ke tempat yang dingin atau menghadapi
tekanan udara yang berubah. Pada anak acap kali juga hidung kemasukan
benda asing seperti biji- bijian atau benda kecil lain yang menimbulkan
infeksi dan terjadi perdarahan. Pada kasus ini biasanya dengan
tanda-tanda keluar bau busuk dari lubang hidungnya. “Namun setelah anak
lulus SD tidak akan terjadi mimisan lagi karena pembuluh serta sel
lendir pada rongga hidung sudah lebih kuat,” tambah dr. Bambang.
Yang harus lebih diwaspadai kalau sumber
berasal dari dalam atau posterior karena bisa jadi merupakan indikasi
suatu penyakit serius seperti demam berdarah, tekanan darah tinggi,
tumor ganas pada rongga hidung atau nasofaring, kanker darah (leukemia),
atau kelainan darah hemofilia (tidak memiliki zat pembeku faktor VIII),
penyakit kardiovaskuler, dll.
Pada umumnya kejadian perdarahan
posterior lebih sering (setiap 1 – 2 hari) dengan perdarahan lebih
banyak sehingga lebih sulit diatasi. Perdarahan posterior kebanyakan
terjadi pada para orang dewasa walaupun tidak menutup kemungkinan
anak-anak juga bisa mengalaminya, khususnya kalau terjadi infeksi, demam
berdarah, atau leukemia. “Kalau darah keluar sampai berhari-hari
sebanyak sekitar 1 – 2 l, harus segera diatasi, jangan sampai terjadi
kekurangan darah (anemia) atau yang lebih parah terjadi shock (turunnya
tekanan darah secara mendadak yang diikuti pingsan).”
Untuk menanggulangi perdarahan posterior
dilakukan pemasangan tampon posterior dengan cara yang lebih rumit
karena tampon harus dimasukkan ke dalam. Setelah darah berhasil
dihentikan, barulah diteliti lebih lanjut penyebabnya. Pemeriksaan tidak
bisa hanya berdasarkan darah yang keluar saja sebab tidak akan
terdeteksi penyebab yang tepat.
Kalau sampai terjadi perdarahan hidung
pada seseorang dengan kelainan tekanan darah, belum berarti ini
menandakan gejala stroke, karena perdarahan bukan berasal dari rongga
otak. Hanya saja epistaksis karena tekanan darah tinggi pada umumnya
hebat, sering kambuh dan tidak terduga terjadinya. Biasanya pada
penderita tekanan darah tinggi perdarahan pada hidung berindikasi bahwa
tekanannya sedang tinggi atau naik dan tentunya ia harus waspada.
Sedangkan perdarahan hidung posterior
karena infeksi bisa karena sinus paranasal seperti rinitis atau
sinusitis. Yang lebih parah adalah infeksi karena penyakit lupus,
sifilis, dan lepra. Tentu saja yang terparah kalau terjadi suatu
keganasan pada rongga hidung atau nasofaring. Pengobatan di sini tidak
bisa dengan pembedahan melainkan hanya dengan penyinaran dan kemoterapi.
Wanita hamil ada kalanya juga bisa
mengalami epistaksis karena gangguan hormonal. Namun, sepanjang hanya
pada batas normal, tidak perlu dikhawatirkan. Walau demikian, kalau
perdarahan hidung sudah pada taraf serius, memang harus segera diatasi
agar tidak mempengaruhi perkembangan sang janin.
Dr. Bambang Hermani menekankan tiga
prinsip utama kalau melihat seseorang mengalami perdarahan hidung.
Pertama-tama menanggulangi atau menghentikan perdarahannya, mencegah
terjadinya komplikasi serta epistaksis. Bila sampai terjadi shock,
memperbaiki keadaan si pasien
dulu secara umum.
dulu secara umum.
Menghentikan perdarahan secara aktif
seperti dengan pemasangan tampon tadi lebih baik daripada pemberian obat
hemostatik (pembeku darah), sambil menunggu epistaksis berhenti dengan
sendirinya. Yang perlu diingat lagi, pasien harus diperiksa dalam posisi
duduk. Kalau keadaannya terlalu lemah, baringkan dengan meletakkan
bantal di belakang punggungnya.
Sumber perdarahan dicari oleh dokter
dengan bantuan alat pengisap untuk membersihkan hidung dari bekuan
darah. Kemudian tampon kapas yang sudah dibasahi dengan obat tertentu
dimasukkan ke dalam rongga hidung. Tampon dibiarkan selama 3 – 5 menit.
Dengan cara ini dapat diketahui apakah sumber perdarahan dari anterior
atau posterior. (Nanny Selamihardja) Sumber: Intisari – Oktober 2001
[Vv]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar